3 Prinsip Dagang yang Diajarkan Nabi Muhammad

Menjadi seorang pengusaha jauh lebih bebas dan tidak terikat dengan peraturan. Pengusaha memiliki orientasi yang jauh lebih tinggi dari sekadar mencari keuntungan, yakni mengakumulasi modal agar kemampuannya untuk mengembangkan diri semakin besar, sehingga kesempatan membuka lapangan pekerjaan juga menjadi semakin besar. Status pengusaha sukses adalah sebuah kepuasan tersendiri yang tidak akan didapatkan oleh seorang pegawai. Itulah tujuan seseorang yang berjuang menjadi pengusaha sukses.
Teringat oleh kita , seorang utusan Allah SWT di akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW. Beliau adalah sebaik-baik manusia di muka bumi ini dalam segala hal. Sebagai bukti, sebelum diangkat sebagai Rasul Allah, beliau sudah dijuluki oleh kaumnya sebagai al-Amin, orang yang dapat dipercaya. Setelah diutus menjadi Rasul, beliau mampu membawa perubahan besar di muka bumi ini dengan risalah yang dibawanya, bi idznillah.
Ketika kita membaca biografi beliau, kita dapat mengambil pelajaran yang sangat berharga. Salah satunya, perjalanan dagang beliau. Beliau mempunyai prinsip-prinsip yang kokoh dalam berdagang. Prinsip-prinsip tersebut beliau pegang dan amalkan sejak beliau belum diangkat menjadi Rasul, tepatnya ketika beliau mulai berdagang ke Syam bersama paman beliau di usia 12 tahun. Kemudian berdagang sendiri di kota Makkah, sehingga akhirnya beliau dipercaya oleh Khadijah r.a sebagai rekan bisnisnya. Dalam berbisnis, Rasulullah SAW senantiasa menjaga nilai-nilai harga diri, kehormatan dan kemulian dalam proses interaksi bisnis. Bisnis bagi Rasulullah SAW tak hanya sebatas perputaran uang dan barang, tetapi ada yang lebih tinggi dari semua itu, yaitu menjaga kehormatan diri. Sehingga keuntungan apapun dari setiap transaksi yang beliau dapatkan, maka kemuliaan justru semakin menjulang tinggi.
Sebenarnya apa prinsip-prinsip dagang Rasulullah SAW sehingga dapat menjadikan beliau seorang yang sukses dalam berbisnis? Simak ulasan tentang prinsip-prinsip Rasulullah SAW dalam berbisnis berikut:
1. Shiddiq
Berbuat sesuai kebenaran dan jujur. Prinsip ini akan membuahkan hasil yang sangat menakjubkan, karena akan timbul kepercayaan antara penjual dan pembeli. Oleh karenanya, Rasulullah SAW melarang umatnya berbuat curang dalam berdagang, seperti menyembunyikan cacatnya barang, mengingkari janji yang telah disepakati dan perbuatan tercela lainnya. Larangan ini terbukti betapa banyak kasus-kasus di sekitar kita yang menunjukkan bahwa kecurangan sebab ketidakpercayaan pembeli kepada penjual.
Sebuah contoh di sekeliling kita, kita pernah melihat seorang pedagang yang menunjukkan barang-barang ang bagus untuk ditawarkan, namun ketika ada orang yang hendak membeli, dipilihkan barang-barang yang sudah tidak layak pakai/ konsumsi, buakn barang yang ditawarkan tadi. Kejadian ini sering kita jumpai, meskipun tidak semua pedagang seperti itu. Perbuatan semacam ini akan berdampak pada tidak percayanya seorang pembeli kepada penjual. Terlebih lagi dari sisi syari’at, perbuatan ini jelas haram karena ada unsur penipuan.
2. Amanah
Inilah salah satu modal utama dan pertama seorang calon pengusaha dan seorang pengusaha dalam menjalankan bisnisnya. Amanah berarti menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya, Sebagai manusia, kita harus mengerti dan memahami apa yang menjadi tugas kita. Karena sebuah tugas berkonsekuensi kepada sebuah tanggung jawab. Dalam konteks profesi, setiap profesi memiliki beban tanggung jawab sendiri-sendiri. Sebagai seorang pengusaha, dia mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar dalam menjalankan bisnisnya. Dia harus memenuhi hak-hak pegawainya, dia harus menepati perjanjian dengan rekan bisnis atau pembelinya, dia harus memperhatikan kondisi lingkungan sekitarnya, dan tugas lainnya.
Kelalaian seorang pengusaha dalam menjaga amanah akan berdampak serius pada kredibilitasnya. Contohnya, seorang pengusaha yang tidak amanah dalam pengelolaan keuangan, akan menyebabkan hilangnya kepercayaan dari investor. Begitu juga kelalaian dalam menepati janji konsumen akan mengakibatkan konsumen enggan membeli kembali.
Rasulullah SAW menasehati kita agar menjaga dan melaksanakan amanah yang kita pegang. Beliau bersabda: “Tunaikanlah amanah kepada orang yang engkau dipercaya (untuk menunaikan amanah tersebut), dan janganlah engku menghianati orang yang telah menghianatimu.” (HR. Imam Ahmad dan Ahlus Sunan).
Rasulullah SAW juga mengabarkan bahwasannya melalaikan amanah merupakan ciri-ciri orang munafik. Beliau bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkarinya, dan apabila diberi amanah (kepercayaan) ia khianati.” (HR. Bukhori).
3. Fatonah
Fatonah berarti cerdas atau cakap. Dalam bisnis, cerdas tidak selamanya berarti pintar dalam akademis. Cedas juga berarti cakap dalam mengangkap dan memanfaatkan peluang, cakap dalam mengelola keuangan dan administrasi, pintar dalam mengemas barang, jeli dalam melihat pasar, dan lain sebagainya.
Rasulullah SAW contoh nyata. Beliau telah berhasil memanfaatkan pengalaman bisnis bersama pamannya, Abu Tholib, dengan berdagang sendiri di kota Makkah. Beliau juga cukup piawai dalam mempertahankan pelanggannya dengan modal akhlak yang mulia. Dan sebuah bukti kecerdasan beliau dalam berdagang adalah tertariknya seorang janda kaya, yaitu Khodijah r.a, untuk bekerjasama dengan beliau. Sebuah proses yang tidak mudah.
Perlu kita ketahui, tidak semua orang diberikan pemahaman oleh Allah SWT tentang prinsip bisnis ini. Artinya, tidak semua orang mempunyai kecakapan dalam berbisnis. Sebuah contoh, kita pernah melihat ada orang yang di mana dia tinggal maka di situ dia bisa melihat peluang bisnis kemudian memanfaatkan peluang tersebut. Inilah orang yang pintar dan cakap dalam menangkap dan memanfaatkan peluang bisnis. Sebaliknya, ada orang di mana dia tinggal maka dia tidak mampu melihat peluang meskipun peluang terbuka lebar.
Inilah tiga prinsip Rasulullah SAW dalam berdagang. Sebagai seorang muslim, kita wajib memegang tiga prinsip ini ketika kita hendak memulai bisnis atau menjalankan bisnis, karena keterkaitannya dengan hak dan kewajiban yang harus ditunaikan. Pengusaha sukses adalah sebuah cita-cita, sementara keberkahan dan kemaslahatan adalah sebuah tujuan usaha.

Repost from: Islampedia

No comments:

Post a Comment